Search
MAINANNYA ATAU PEMBERINYA ?
Setiap kali saya bepergian jauh, anak-anak selalu ingin ikut. Saya kerap menolak permintaan itu dengan menjanjikan hadiah mainan ketika pulang. Tak heran jika setiap kali saya pulang dari bepergian, mereka hanya bertanya satu hal, “Mana mainannya?” Bahkan, mereka tidak peduli jika saya masih lelah setelah perjalanan. Mereka mau tas saya cepat-cepat dibongkar, supaya mereka segera menemukan mainan yang saya bawa untuk mereka. Mainan, bagi anak-anak saya, bahkan sejenak menjadi lebih penting daripada kehadiran saya.
Dalam peran sebagai anak di hadapan Allah, terkadang sikap kita juga tidak jauh berbeda dengan anak-anak saya. Kerap kita mencari Tuhan, hanya untuk mencari mainan dan “hadiah” dari-Nya. Kerap kita hanya butuh berkat dan jawaban dari Dia. Kita ingin Dia memberi penyelesaian atas pergumulan dan masalah kita. Mata kita hanya tertuju pada hadiah dan berkat atas pekerjaan, rumah tangga, kesehatan, uang, serta perwujudan hadiah Tuhan lainnya, yang pernah kita terima. Kita menyangka bahwa Tuhan hanya berperan menghadirkan apa-apa yang tampak itu.
Karena itulah pemazmur mengingatkan kita, bahwa pribadi Tuhan jauh melebihi apa pun. Kita memang perlu mengucap syukur ketika menyadari berkat-berkat- Nya bagi kita. Namun, semakin kita dewasa dalam Dia, maka kita akan lebih menikmati sukacita karena kehadiran-Nya, meski tanpa hadiah sekalipun. Dan kehadiran-Nya yang menjadi sandaran serta sumber pengharapan kita, sudah merupakan anugerah luar biasa. Hari ini, bersyukurlah bahwa Dia ada bersama kita. Dia yang tak ternilai harganya.
KEHADIRAN TUHAN JAUH MELEBIHI SEGALA PEMBERIAN