“Hari ini, yah seperti biasanya... saya ke kantor, menyiapkan dokumen-dokumen, menghubungi beberapa klien, membuat surat, ... seperti biasanya...” Kalimat pembuka seperti ini mungkin sering kita baca di blog, atau di buku harian kita sendiri, sebelum kita menceritakan tentang satu hal yang benar-benar berbeda yang terjadi hari itu, atau mungkin kita hanya menuliskannya sampai di situ saja, benar-benar hari yang sama seperti yang biasanya kita lalui. Tapi pernahkah kita merenung sejenak dan bertanya pada diri sendiri, benarkah hari ini sama saja seperti hari-hari sebelumnya?
FirmanNya berkata “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Rat 3:22-23).
Setiap hari adalah sesuatu yang baru, itulah kebenarannya. Memang tidak bisa dipungkiri kalau ada saat-saat kita sempat merasa jenuh, namun jangan biarkan rasa bosan itu menjadikan kita seperti robot yang hanya “hidup” sesuai program. Setiap hari adalah sebuah kesempatan baru untuk melakukan hal-hal yang terbiasa kita lakukan dengan lebih baik lagi dan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang selama ini belum pernah kita lakukan.
Selain itu, ada satu hal penting yang sering terlupakan karena padatnya aktivitas kita sehari-hari... Apa yang istimewa dari manusia, yang tidak dimiliki oleh ciptaan yang lain, adalah pilihan atau kehendak bebas untuk mencintai atau tidak mencintai. Sebesar apapun prestasi dan keberhasilan kita, setinggi apapun jenjang karir dan penghasilan kita, tanpa kasihNya, semua itu akan terasa tidak berarti. Kasih Tuhan itu bersifat universal, mengalir dari Dia melalui kita dan juga melalui orang lain.
Saya pernah sedang memikirkan kejenuhan akan rutinitas setiap hari di kantor saat sedang berjalan kaki ke rumah. Tiba-tiba di ujung jalan ada seorang ibu yang sedang menggendong anaknya dan bersenandung. Saya sedikit tersentak dan kemudian menyadari hal ini... bahwa sering satu hal yang terhilang dari keseharian kita adalah kasih. Sering tanpa sadar kita menjadi mudah mengabaikan orang lain, keluarga kita, orang-orang yang tinggal seatap dengan kita, kerabat, atau teman-teman kita karena terlalu disibukkan oleh pekerjaan. Cobalah renungkan sejenak, apakah kita benar-benar telah mengenal dan menjalin hubungan dengan mereka?
Kita bisa sibuk sepanjang hari, dan terus berulang-ulang sepanjang minggu, tapi tanpa kasih semua itu akan terasa hampa. Sepertinya kita sedang menjalani rutinitas tanpa henti, untuk kemudian menjalaninya lagi di minggu berikutnya. Meski ada pencapaian-pencapaian kecil, juga ada pencapaian yang lumayan besar, seperti promosi, peningkatan karir, dan lainnya, tapi tetap saja... tanpa kasih semua itu hanya rutinitas kosong yang lama-lama bisa membuat hati kita menjadi dingin...
Tuhan mau kita efektif dan efisien, memegang prinsip, mempunyai tujuan dan fokus, serta konsistensi untuk mencapai itu semua, tapi terlebih lagi Dia tidak mau kita kehilangan kasih dan akhirnya menjadi dingin. Semua hal yang kita lakukan ada di urutan prioritas yang berbeda dan punya porsi yang berbeda. Kalau hal-hal itu dilakukan secara berlebihan atau kurang, maka akan menjadi tidak seimbang. Ada banyak bukti yang mendengungkan bahwa kebahagiaan itu tidak bisa didapatkan “hanya” dengan kemajuan karir yang pesat, penghasilan yang besar, popularitas, atau berbagai penghargaan. Banyak orang yang memiliki itu semua dan mengaku tidak bahagia, atau bahkan masih mempertanyakan seperti apakah kebahagiaan itu. Bukan berarti semua pencapaian mereka itu salah, tapi mereka menjalani semuanya tanpa kasih.
Setiap hari Tuhan memberikan anugrah dan berkat yang baru, kalau saja kita lebih jeli melihat dan merasakannya. Salah satu berkatNya yang abadi adalah kasih... Sudahkah anda menemukan sesuatu yang baru hari ini?
Sumber: fs-cbni